Melihat kondisi bahwa Ibu kota Yogyakarta yang berhasil dikuasai oleh Belanda Jendral Sudirman mengirimkan surat perintah berupa pesan kepada setiap Komando Pasukan dan Seluruh Pasukan TNI, isinya:
Dalam perang gerilya pasukan TNI menyerang musuh secara mendadak setelah berhasil mengalahkan musuh mereka merampas senjatanya dan bersembunyi untuk menghilangkan jejak. Untuk menghalangi kegiatan Patroli dan konvoi pasukan Belanda, pasukan TNI yang tergabung dalam perang Gerilya menghancurkan jembatan penghubung dan menghalangi jalan strategis di luar kota dengan merobohkan pepohonan.
Pergerakan pasukan dalam Taktik Perang Gerilya tidak menetap tetapi selalu berpindah. Pergerakan pasukan dimulai di daerah Pantai Selatan Jawa didaerah Parangtritis, bergerak kearah timur menuju Purwantoro, Ponorogo, Trenggalek, Kediri, lalu kembali kearah barat menuju Swahan, Sedayu, Ngindeng, Nogosari, Tegalombong, Nujing, Ngambar dan Sobo. Kemudian kembali lagi ke Yogyakarta melewati Tirtomoyo, Baturetno, Karangbendo, Karangmojo, Geding, PiyungaN, Prambanan, dan kembali lagi ke Yogyakarta. Pergerakan-pergerakan pasukan yang selalu berpindah-pindah merepotkan Belanda. Sulitnya mendeteksi keberadaan pasukan gerilya menjadi alasan Belanda tidak dapat mengatasi perlawanan dan mematahkan setiap serangan yang dilancarkan oleh pasukan gerilya TNI yang dipimpin oleh Jendral Suedirman.
Belanda mampu menduduki Ibu Kota Yogyakarta tetapi tidak mampu mendirikan sebuah negara. Penyebabnya karena keamanan Ibu kota saat itu belum stabil para pejuang yang tergabung dalam pasukan gerylia terkadang menyerang pos-pos pertahanan Belanda. selain itu penyebab lainnya Belanda tidak dapat mendirikan Pemerintahan karena saat itu Sultan Hamengku Buwono tidak mau bekerja sama dengan Belanda untuk mendirikan sebuah Pemerintahan di Yogyakarta.
- Kita telah diserang oleh tentara Belanda dengan serangan pertama adalah Kota Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.
- Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan genjatan senjata
- Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan tersebut.
Dalam perang gerilya pasukan TNI menyerang musuh secara mendadak setelah berhasil mengalahkan musuh mereka merampas senjatanya dan bersembunyi untuk menghilangkan jejak. Untuk menghalangi kegiatan Patroli dan konvoi pasukan Belanda, pasukan TNI yang tergabung dalam perang Gerilya menghancurkan jembatan penghubung dan menghalangi jalan strategis di luar kota dengan merobohkan pepohonan.
Pergerakan pasukan dalam Taktik Perang Gerilya tidak menetap tetapi selalu berpindah. Pergerakan pasukan dimulai di daerah Pantai Selatan Jawa didaerah Parangtritis, bergerak kearah timur menuju Purwantoro, Ponorogo, Trenggalek, Kediri, lalu kembali kearah barat menuju Swahan, Sedayu, Ngindeng, Nogosari, Tegalombong, Nujing, Ngambar dan Sobo. Kemudian kembali lagi ke Yogyakarta melewati Tirtomoyo, Baturetno, Karangbendo, Karangmojo, Geding, PiyungaN, Prambanan, dan kembali lagi ke Yogyakarta. Pergerakan-pergerakan pasukan yang selalu berpindah-pindah merepotkan Belanda. Sulitnya mendeteksi keberadaan pasukan gerilya menjadi alasan Belanda tidak dapat mengatasi perlawanan dan mematahkan setiap serangan yang dilancarkan oleh pasukan gerilya TNI yang dipimpin oleh Jendral Suedirman.
Jendral Soedirman Pemimpin Perang Gerilya |